Spirit dan Resolusi 2017

Spirit dan Resolusi 2017 - Oleh : Tarmudi*

Pergantian tahun lama menuju tahun baru adalah sebuah keniscayaan. Waktu memang akan terus berjalan kedepan. Mustahil untuk bisa dihentikan atau bahkan kita seret kebelakang. Tak peduli seberapa sukses dan gagal kita melewatinya. Waktu tidak akan pernah bisa berkompromi dengan keadaan dan kondisi apapun. Ia akan berjalan sesuai garis takdir-Nya. Dan hanya manusia-manusia yang beruntung yang bisa melewatiya dengan segala amal perbuatan yang bernilai manfaat. Baik manfaat untuk dirinya maupun lingkungan di sekitarnya.

source: nizeshare.com
 Seperti yang kita rasakan saat ini. Beranjaknya tahun 2016 digantikan oleh tahun 2017 tentu memberi kesan yang beragam pada masing-masing pribadi. Banyak kenangan yang sejatinya menjadi skenario dari perjalanan panjang yang sudah dilewati di tahun 2016 lalu. Antara sedih, euforia, bahagia, bersemangat, kecewa, biasa-biasa saja, sampai luapan emosi karena ekspektasi dan cita-cita yang belum tergapai.
Kedatangan bulan januari 2017 sekaligus sebagai pintu gerbang memasuki rangkaian bulan-bulan ditahun 2017 disambut dengan gegap  gempita oleh khalayak luas.

Tidak hanya dirayakan oleh masyarakat skala nasional, namun masyarakat dunia. Karena penanggalan masehi di pergunakan sebagai rujukan oleh mayoritas penduduk dunia. Meski, dibeberapa belahan dunia masih menggunakan penanggalan menurut versi masing-masing. Berbagai seremoni perayaan pun sudah dipersiapkan jauh-jauh hari. Bahkan, ada yang rela mengeluarkan uang lebih untuk menginap di hotel luar negeri atau di tempat-tempat yang strategis, sekedar menunggu malam pergantian tahun.

Sungguh penyambutan yang begitu istimewa. Seolah-olah menjadi sebuah kerugian besar jika menyambut tahun baru dengan perayaan-perayaan yang “biasa-biasa” saja.

Disisi lain, para pelaku bisnis pun tidak mau kalah seru. Mereka berlomba-lomba memanfaatkan momen perayaan tahun baru untuk meraup omzet yang lebih besar dari hari-hari biasanya. Banyak diantara mereka sengaja membuka toko dan menggelar stand dadakan yang menjual kebutuhan khusus pernak-pernik pesta tahun baru sampai larut malam. Bahkan sampai detik-detik pergantian tahun. Tidak hanya itu, diskon besar-besaran pun digelar disana-sini, hingga mencapai angka 70%. Tentunya, fasilitas yang cukup menarik ini tidak setiap waktu bisa dengan mudak kita dapatkan.

Lantas, apa sebenarnya esensi yang bisa kita ambil dari perayaan tahun baru yang setiap tahun diperingati?, apakah cukup dengan mengadakan pesta-pesta perayaan kembang api, berkumpul di sebuah tempat, atau pergi mengunjungi tempat-tempat tertentu yang sesungguhnya hanyalah seremonial?

Mungkin banyak harapan dan resolusi yang sudah ada di benak kita di awal tahun baru ini. Setidaknya, ada beberapa opini yang bisa penulis sampaikan dalam tulisan yang singkat ini.

Pertama, Hendaknya tahun baru benar-benar dijadikan sebagai momentum yang tepat untuk mengungkapan rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas karunia nikmat kesehatan dan panjang umur. Tidak semua manusia diberikan kesempatan untuk bisa menikmati indahnya dunia ciptaan Tuhan sampai detik ini.

Kedua, sudah menjadi kalender nasional khususnya di Indonesia jika pergantian tahun biasanya bertepatan dengan libur sekolah dan sekaligus juga libur pekerja. Sehingga momen ini sangat tepat untuk dimanfaatkan sebagai ajang untuk menyambung tali silaturahmi dengan sahabat, keluarga, dan handai taulan. Pekerja yang bekerja di ibukota pun berbondong-bondong pulang ke kampung masing-masing sekedar untuk melepas kerinduan dengan sahabat dan keluarga sekaligus merayakan pergantian tahun baru.

Ketiga,, pergantian tahun baru seyogyanya dimaknai sebagai momentum untuk merenung dan melakukan introspeksi diri. Apa yang bisa dijadikan pelajaran (ibrah) di tahun sebelumnya. Menimbang-nimbang sisi baik buruknya sekaligus penguatan komitmen untuk melakukan pembenahan kualitas pribadi dalam rangka menyambut kehidupan ditahun yang akan datang. Tidak hanya sebatas perayaan seremonial yang bersifat temporal. Merayakannya secara berlebihan dan cenderung kurang memberikan implikasi positif. Setelah malam pergantian tahun berlalu, semuanya berjalan seperti biasa dan tidak ada makna yang bisa dijadikan pedoman untuk melangkah mantap menuju tahun berikutnya.

Keempat, mengarungi perjalanan selama rentang waktu satu tahun tentunya penuh dengan dinamika. Kegagalan dan kesuksesan adalah dua hal yang akan selalu berjalan beriringan. Kedua-duanya bisa terjadi karena faktor perencanaan (planning) yang kurang matang atau sebaliknya. Oleh karenanya, sangatlah penting menyusun konsepsi yang matang sebagai bagian dari skenario perjalanan hidup kita nanti. Kendati konsep terkadang tidak sejalan dengan realitas, namun kita sudah cukup puas karena sudah merencanakannya sejak dini. Perkara gagal atau suksesnya hanyalah persoalan konsekuensi.

Kelima, Berbicara konsep dan perencanaan, maka tidak bisa tidak, kita akan menghadapi konsekuensi seperti yang saya sebutkan diatas. Perencanaan pun seyogyanya disusun dengan tetap mempertimbangkan sisi alternatif. Rencana yang dibuat bukanlah satu-satunya hal yang “dipaksa” harus terealisasi. Disinilah pentingnya rencana alternatif atau orang-orang biasa menyebutnya plan B. Setidaknya ketika plan A tidak terealisasi, maka masih ada plan B yang bisa diupayakan, begitu seterusnya.

Keenam, untuk bisa merealisasikan segenap rencana dan resolusi untuk tahun yang akan datang memang tidaklah mudah. Dibutuhkan semangat baja dan komitmen tinggi untuk berusaha menyukseskannya. Semangat dalam usaha mencapai apa yang dicita-citakan dan tetap optimis ketika menjumpai kegagalan ditengah jalan. Tetap komitmen dengan apapun yang sudah direncanakan sebelumnya.

Kesimpulannya dari tulisan ini adalah, penulis mengajak kepada kita semua agar memaknai tahun baru ini dengan upaya-upaya yang positif dan membangun. Serta menjadikan pengalaman tahun sebelumnya sebagai pelajaran yang berharga untuk perbaikan di tahun yang akan datang.

Selamat Tahun Baru 2017 dan Selamat Berlibur. Semoga liburan anda lebih bermakna dari liburan-liburan sebelumnya.      
       
* Penulis adalah guru di SMP NU Widasari
Tinggal di Karangampel - Indramayu

Tidak ada komentar